Sunday, August 21, 2011

road to independence...and not to be dependent


Berawal dari kegemaran saya membaca recent updates BBM saya, hari ini tampak ada yang ganjil di status BBM seorang kawan, tampaknya dia sedang ada masalah, mungkin ini juga yang disiebut orang sebagai 'curcol' atau Curhat Colongan, dalam selang waktu yang tidak seberapa lama dia sudah berganti status berkali kali. Pada awalnya statusnya hanya sebatas memaki secara halus terhadap seseorang yang tampaknya dekat dengannya, dan semakin lama statusnya semakin putus asa dan sampai akhirnya statusnya berbunyi kurang lebih: 'inilah akhirnya, maafkan kesalahanku, semoga dikehidupan selanjutnya aku tidak mengalami kepahitan seperti ini'

Karena kebetulan saya memang mengenalnya, sebagai seorang teman, maka saya menyapanya, dengan sedikit khawatir jika dia memang akan mengakhiri hidupnya seperti yang tersirat pada statusnya.

Jika dilihat kembali, saya mengenalnya sudah cukup lama, seorang teman dengan perjalanan hidup yang menarik dan lebih bergelombang dibandingkan hidup saya yang terasa membosankan kadang kadang.

Namun bukan kisah hidupnya yang hendak saya angkat disini, melainkan. Pertanyaan saya terhadap sikapnya yang sebegitu tidak cerdasnya hingga terbersit niat untuk menyerahkan hidup karena masalah dengan seseorang terdekat (mungkin pacar, sahabat atau apalah itu)

Seorang teman dekat pernah mengatakan pada saya di suatu senja ditengah kemacetan ibukota, "jika kamu terlalu bergantung terhadap seorang atau dua orang manusia, maka kamu harus bersiap terhadap kemungkinan untuk dikecewakan"

Ya, saya setuju akan perkataannya, manusia tokh hanya mahkluk yang jauh dari kata sempurna, segala gerak perilakunya masih banyak dipengaruhi perasaan dan emosi, sehingga tendensi setiap manusia untuk sakit menyakiti selalu ada dari jaman Adam hingga ribuan tahun kemudian.

Suatu saat di masa lalu saya, saya merasa sebegitu tidak amannya diri saya dan masa depan saya, serasa tidak adanya pegangan dan tak ada yang bisa membuat saya aman, saat itu saya ketakutan dan kesepian teramat sangat. Seseorang yang saya rasa sebagai juru selamat yang menjanjikan kebahagiaan ternyata hanya menyapa dan kemudian berlalu dalam sekejap, saya sendirian...

Dalam saat seperti ini saya merasakan kehadiranNya, saya menjerit dalam hati, meraung dan menggelepar dalam derita nisbi, dan ternyata Dia selalu didekat saya, ketika saya menyerah dan berserah, dan menanggalkan kesombongan saya, Dia memeluk saya dengan hangat...

kembali kepada teman saya yang dengan status BBMnya, ah... Ternyata dia hanya membaca BBM saya dan tidak membalasnya.

Tapi setidaknya tampaknya dia mengurungkan niat bodohnya dengan statusnya yang selanjutnya: "Terus dan terus pada PING emg ada apa?"

Sedikit kesal, mengingat ini bukan kali pertama dia mengumumkan kepada dunia bahwa dia hendak berlaku bodoh.

Aah... Ibukota yang kejam ini mengajarkanku banyak hal, salah satunya adalah semakin saya berkoar akan menderitanya hidup saya dan mengharapkan belas kasihan dari seluruh dunia... Maka disaat yang sama saya membunuh diri saya sedikit demi sedikit, keluhan demi keluhan adalah selayaknya sebuah bumerang, semakin dilemparkan maka akan berbalik arah dan menghantam, sakit dan terluka...

Maka pada akhirnya, orang terdekat, siapapun itu, entah pacar, orang tua, suami, istri ataupun sahabat, adalah berharga, mereka adalah fondasi hidup yang penting, namun tidaklah bijaksana apabila saya menjadi tergantung secara absolut kepada mereka, karena pada akhirnya yang menjalani hidup adalah saya, keputusan ada ditangan saya, arah hidup ditentukan oleh saya....

Jadilah semakin kuat....

21 Agustus 2011
Diatas kereta Bogor-Jakarta

No comments:

Post a Comment