Tuesday, August 23, 2011

D'Journey of Cikarang-Bandung-Jatinangor...... Sebuah catatan


Beberapa waktu kemarin saya menyempatkan diri untuk pergi ke bandung dan jatinangor untuk menuntaskan beberapa urusan yang belum terselesaikan di kampus, kesempatan itu saya gunakan juga untuk menyegarkan pikiran dari penatnya diri yang terikat dalam suasana kerja dan ambisi. Saat itu, saya sangat menikmati perjalanan, hamper tak berkedip rasanya ketika bus yang kala itu saya tumpangi melintasi tol cipularang yang menembus perbukitan yang menjulang dan hamparan hijau kebun the yang luas, saat yang betul betul sangat saya nikmati.

Mentari tampak belum hendak singgah ke barat ketika kaki saya menginjak terminal leuwipanjang, atmosfir yang sudah lama tidak saya rasakan bagai singgah kemari seperti deja-vu yang mencolek nakal, sensasi bandung memang luar biasa saat itu, ah…. Saya memang sangat merindukan kota ini.

Tujuan saya sebenarnya hendak ke Cibiru yang seharusnya bias ditempuh dengan hanya sekali lagi naik bus Damri dari leuwipanjang, tetapi saya memutuskan menggali semua kenangan kenangan lama yang tersimpan di kota ini dengan menempuh rute yang memutar, yaitu melewati Dago, Dipati ukur hingga Jatinangor,

Dengan sigap saya menaiki Damri jurusan Dago-Leuwipanjang yang kebetulan memang sudah menderu bersiap untuk berangkat, dan perjalananpun dimulai. Mata saya tersegarkan dengan pemandangan Kota Bandung sore hari, Daerah Dago masih tetap hingar dengan bingarnya plat B meskipun akhir pekan belum menyapa. Dan jalanan seputar BEC-BIP masih tetap macet dikala sore hari.

Pandangan saya semakin menajam ketika mendekati kawasan Dago4, di Kampus kumuh inilah saya sempat menuntut ilmu dari beberapa mata kuliah yang mengharuskan saya untuk mengikuti kuliah di gedung ini, seakan terulang kembali masa masa dimana saya dan teman teman satu KBK seminggu sekali bertandang ke kampus ini seperti rombongan, dan tak jarang kita menghabiskan sore selepas kuliah untuk setidaknya ‘mencuci’ mata di pusat perbelanjaan yang terletak tidak jauh dari sana.

Siluet itu sedikit memuram ketika bis yang saya tumpangi mendekati kawasan dago-RS Borromeous, saya berdiri dan menghentikan laju bus ini, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Dipati Ukur dengan berjalan kaki melewati jalan tembus yang melewati RS Borromeous, langkah saya sedikit tercekat rasanya ketika melewati Jalan kecil ini, masih segar di ingatan ketika saya sering melewati jalan ini untuk menuju ke Kampus sebelah demi menyelesaikan skripsi, saat itu memang penuh perjuangan bagi saya, biar hujan ataupun panas saya tetap melewati jalan ini, bahkan jalan ini menjadi saksi ketika saya terseok seok melangkah dengan mata bengkak dan air mata masih menggenang di pelupuk mata, saat yang berat……

Matahari semakin jingga ketika saya sampai di kawasan Unpad Dipati Ukur, suasana tampak lebih sepi dari terakhir kali saya menjejakkan kaki disana, ah…. Tentu saja, ini masih suasana liburan menjelang semester pendek. Kampus megah ini juga turut memberikan warna indah di masa masa itu, masih sangat jelas saya merasakan euphoria hari wisuda, dimana lagu ‘Unpad Bersatu’ secara tiba tiba menggaung diiringi gelembung gelembung sabun yang serempak menghiasi suasana indah itu, moment yang sampai saat ini masih bergerak secara slow motion dalam kenangan.

Halte Damri depan kampus ini masih seperti dulu, dudukannya masih seperti ketika saya duduk terpaku disana menatap kosong dan putus asa setahun yang lalu, hmm… ternyata belum ada Bis Damri DU-Jatinangor yang terhenti disiana, atau mungkin waktu sudah terlalu sore sehingga saya tidak berhasil mendapatkan Damri terakhir sore itu. Tapi masih ada beberapa orang yang menunggu disana dan tidak menghiraukan para supir angkot yang berhenti sambil menawarkan rute borongan ke Jatinangor,

Saya duduk di tempat yang sama seperti setahun kemarin, menatap kedepan namun tidak sekosong setahun kemarin. Suasananya sedikit berbeda, tapi tetap hangat. Selang beberapa menit kemudian, ternyata masih ada Bis Damri yang bertugas, saya bangkit berdiri menyongsong Bis tersebut, begitu pula dengan orang orang yang sedari tadi menunggu kedatangan bis ini.

Setelah sedikit berjuang melewati kerumunan orang yang berebut memasuki bis ini akhirnya saya berhasil masuk dan mendapatkan tempat di kursi yang cukup nyaman meskipun sempit, perjalanan ke Jatinangor dimulai.

Rute Bis DU-Jatinangor masih seperti dulu, masih macet dan dihiasi jalanan yang rusak dan berlubang di beberapa area, tapi hal hal itu tidak mengurangi nikmatnya perjalanan kali itu, sambil mendengarkan lagu-lagu yang playlistnya sengaja saya atur sehingga musik musik yang dimainkannya adalah lagu lagu lama yang biasa saya dengarkan ketika saya menaiki bis jalur ini.

Hari sudah gelap ketika bis Damri DU-Jatinangor yang saya tumpangi memasuki perlintasan Tol Moh.Toha-Cileunyi. Saat itu mungkin saya tidak bias menatap hijaunya hamparan padi yang terbentang hingga jauh, tetapi cahaya ribuan lampu yang tersebar membuat suatu simfoni yang tidak kalh indah dibandingkan saat terang di saat siang, rasa itu masih ada ternyata, kenangan melemparkan saya jauh ke saat saat lalu ketika sambil duduk menikmati perjalanan di jalur yang sama, terdiam dan memikirkan seseorang yang –pada saat itu- sempat mampir di hati saya, siluet bayangan diapun kembali melangkah di depan mata rasanya…. Ah kenangan ini….

Bersambung.....

August 2, 2010 at 2:20am

Is that the love that they praise for? yeah right....



A : I love him eventhough he is a husband with a children, And I knew that he loved me either

Me : and then? You know its weird and not right at all, dont you feel hurt just by imagined him laying in bed, naked and fuck*ng other lady that wasnt you?

A : Yeah... it’s killing me...

Me : so? Why dont you leave him?

A : I can’t

Me : why?

A : I just wanna be with him.... I love him too much....

Me : .....

Its just popping out in my blurry mind lately..... the weird yet hardly awful question, in my life there were several person whose passing by and with their own ‘uniquenesses’ left me a question, ‘Why do they easily giving up their comfort zone and going through a lot harsh and worse time just because they just wanna be with someone which they put their faith on(or in a simple way: they love)? in some case just because those reason there were some people who pratically in pain EVERY single day, and guess what, they amazingly survive....

Ok, I do realize and believe the power and the impact that possibly given by the sacred thing that they called ‘love’, we’ve been growing up with the happily ever aftered love stories since we were just a kid rite? Those stories has told us to giving every stuff that we had to chasing those prospherity, happiness and yeah... love.... but somehow love sounds better than other factors there currently..

Some people said that I just put my self in a safe position too much and Dang.. the result is I still amazingly single afterall, but hey.... I wont put my self in those kind of miserable point like them, my friend has told me that someone who capable to be loved is someone who capable to love theirselves at the first place, so is there any good point in loving someone and giving our comfort zone and capability to loving ourselves in return? Of course i’d like to give my huge No for it....

I would not say that they just too stupid with their own incapability to make a breakthrough and get their own better and happier life, since in this weird world there are those kind of people and I might be their member soon, but I just keep wondering... Is that the impact of the love that they keen on? It’s just bring them endless pain and suffering for sure.... senseless might be the right word to describe it....

There are a lot lot lot words that could describing love as well..... love is happiness, love is joy, love is a heartbeat, love is passion, love is lust, love is pain, love is agonizing point.... and as a human being, we are gifted the ability to choose... so? Which word that you choose?

Friday, August 27, 2010 at 2:43am

Kepuasan-satisfactory



on Friday, December 10, 2010 at 11:55pm

Sebuah catatan pertama.... setelah lama tidak menulis apa apa

Ok..... memang payah saya ini..... dulu sempat berkomiten sebelum saya memiliki laptop ini untuk sering sering menulis.... ternyata kenyataannya saya terlalu sibuk (baca:malas) untuk menulis apapun..... ah entahlah, tak mungkin menyalahkan keadaan, pekerjaan juga tidak sesibuk seperti artis korea yang bisa sampai kena tipes saking capeknya..... yah begitulah

Nah oleh karena itu saya mulai memaksa jari jemari saya yang indah ini untuk kembali menulis sesuatu entah apalah itu......

Oke..... dalam renungan saya ketika hendak menuju toilet yang berada di luar kamar saya, terbersit kata ‘puas’ rasanya ingin mengungkapkan sesuatu tentang kepuasan itu sendiri.

Saya yakin, kepuasan, maksud saya tingkat kepuasan tiap orang berbeda beda, ada yang mendefinisikan kepuasan itu adalah hasil, kemudian ada yang mendefiniksikan kepuasan itu adalah materi, kepuasan adalah perasaan, kepuasan adalah kebahagiaan dan lain sebagainya, hmmm.... coba saya tanya diri saya sendiri.... apa itu kepuasan?

Bagi saya, kepuasan adalah saat sejenak ketika saya merasa sukses meraih atau mendapatkan sesuatu, mengapa saya bilang sejenak? Karena Kepuasan itu tidak berlangsung lama atau saya usahakan perasaan ‘puas’ itu tidak terlalu lama merasuki pikiran saya, karena itu artinya adalah’happy ending and a brand new beginning’, yap.. suatu awal yang baru untuk saya untuk mencari dan mencapai kepuasan kepuasan yang lain.

Saya bukan tipe orang yang bisa dengan santai mengatakan: “ah sayah mah segini ajah udah bersyukur.... udah cukup” saya tidak mau sampai pada keadaan stagnan seperti itu, menurut saya menyedihkan bila ada yang memiliki pola pikir seperti itu, hidup bukannya akan terasa sangat hambar ika saya menjalani suatu rutinitas yang kaku dan tanpa ada kesempatan untuk berkembang?

Tapi kadang ada yang bilang di depan muka saya: “ah lo mah gak bersyukur, dikasih hati minta jantung, dikasih jantung minta usus”, lhooo...... maaf bung konsep saya bersyukur sepertinya beda dengan anda, bersyukur buat saya adalah berusaha mendapatkan sesuatu, setelah mendapatkannya kemudian menggunakan dengan sebaik baiknya hal tersebut untuk bisa mendapatkan hal hal yang menakjubkan lainnya, mungkin ada sedikit persepsi yang terpeleset antara ‘bersyukur’ dan ‘serakah’... ah bisa panjang jadinya kalau saya mencoba sok tahu mendeskripsikan perbedaan antara dua hal yang sudah jelas berbeda....

Jadi.... sudah puaskah saya? Jawabanya bisa dengan lantang saya katakan ‘belum’ tapi saya benar benar bersyukur akan semua pencapaian baik maupun buruk dalam perjalanan hidup saya.....

Beware of your own Mood


Hmmm..... what should i write now?

Since i’ve commited my self to doing a writing thing each day.... so i’d trying to push my fat finger to move along this keyboard to write a word or two or maybe a thousand huh.....

.

Talk about my feeling..... I wont say that this is gonna be a good one, it was awful in fact.... it was sickening me for this whole freakin day..... what a weakling person i am to know how easy it was to get dragging in a such miserable drama of my own feeling.... but the good thing is, i guess that I was a good actor enough to hiding the rumble in my unsober mind, so i solemnly believe that there will be nobody know that i am in a bitter mood or whatsoever.....

There’s a quite an expensive course that I’ve been taken about how bad is a person who could not keep his own mood to affecting another person around him, I mean, what is the awesome side of telling the whole world about how miserable is my mood and asking all the people in the house to give me a pity or attentions...? ha... that’s what i called fool.....

But, wait a sec, i’m not a perfect guy with his charming and flawless attitude that simply cheering the days up.... in many case i’m just a simply sad person with a gloomy eyes staring at the color of the wind as if it has a darkened color.... so, when the time is not right i might be soaring to the sky and screaming like a crazy.... gosh, i dont wanna be such kind of a person....

There’s a wise men said that the biggest war for the mankind is not to fight with a cruel mid-east barbarians or a bunch of green skin with a big eyes aliens, but the biggest war is to face our self... our own mood in a simple case, it won’t do any good if I fight it with a boiled brain.... the best way to fight it is just be calm.... just trying to made it easy and chill .... everything would be solved in an amazing way afterall....

And the best thing about mood-controlling is.... there’ll be nobody get hurt... no more....

Beware of your own mood.....

still.... it was a beautiful day, wasn't it?


hahaha......recently someone has telling me to not complaining too much, and it kept me at least 2 days to struggling around my mind and feeling instantly stupid about it, i mean,I hate being called a biggest crybaby in the universe, eventhough it wasn't that ugly in fact, but i surely admitted that i wasn't the happiest guy in the universe, the stupid crap often come and go, and i'm gladly admitted that my heart is not a bullet proof, it was fragile sometimes.....

this beautiful day started with a stupid bad-mood thingy crawling around my very skin to the core and it lasted until now, and then there were somebody who recklessly busting my beloved vehicle, it was awfully tearing my heart dude, if i knew who's the idiotic person with that guts i'd stick my fist into his butt until he screaming like a deflorated girl....

and it was not a good thing to get my self staring at empty space in the middle of the silent back office room, thinking about the thing i mean someone who might be gone.... while the sad song repeating behind.... i almost burst my tears out like a sissy back then..... i knew it wont be last, but i dont even know how strong will I to face these fact....

it was miserable.....

so, what's makes this day so beautiful....? naah..... whatever it was, whatever the crap is..... i still amazingly survived after all, i'm not ruined, i lost something indeed, but i still have another hope.....

just be thankful, for each breath that i take...... thank god i'm alive

Those Limitations


Albert Einstein did not speak until he was four years old and didn't read until he was seven. His teacher described him as "mentally slow, unsociable and adrift forever in his foolish dreams." He was expelled and was refused admittance to the Zurich Polytechnic School.

It's a superb question, what makes us felt limited or finite? Is that anyone elses around? Or the born awful condition? Or maybe this world itself that made us so miserably limited?

“i can't get another higher educations since my thight-scheduled job has take it off”

“I've stopped my guitar lessons since i doubt my talent on it”

“so, what's the point for me to doing my exercises each day, my job has got me tired all day long”

“i shall stopped to smile,nobody loves my smile”

There were alot.... a bunch of things that made us (seems)Limited, and easily giving up into those 'finitively', but... I'd like to asked you to take a deep breath for a while and take your quite time from the rush of this world and having a thought and re-thought about everything, it'd lead us into the simple conclusion that everything, every 'hard' feeling is sourced from our shelves, our own mind that made us so finited and the words of “I Can't” would easily spreading into our veins, it's in ourself, not from others, not from every bad term that we put a guilt on it, but ourself.

That's why, Do we prefer those limitation-feeling burdened us to reaching the thing that we always wanted and supposed to be reached already? I do believe that every single person in this world has an enormous ability to makes their dream to come true, even their wildest and most impossible dreams.

So What are we waiting for? This very time is the right time for us to start it all over, from the small thing shall lead us into the gratest achievement we might wanted before, this is the right moment to pushed our veins and muscles to break all of the limitaitions, just be faithful that every person was born to be EXTRAORDINARY.

BE UNLIMITED....

Beethoven handled the violin awkwardly and preferred playing his own compositions instead of improving his technique. His teacher called him hopeless as a composer.

When Peter J. Daniel was in the fourth grade, his teacher, Mrs. Phillips, constantly said, "Peter J. Daniel, you're no good, you're a bad apple and you're never going to amount to anything." Peter was totally illiterate until he was 26. A friend stayed up with him all night and read him a copy of Think and Grow Rich. Now he owns the street corners he used to fight on and just published his latest book: Mrs. Phillips, You Were Wrong!

Inspired by the notes of 'Consider This - Jack Canfield and Mark V. Hansen'

Candra D.F

Tentang Keberanian


jadi, kamu pikir saya seseorang yang pemberani?” dia bertanya.

ya, tentu saja”

Mungkin saya memang pemberani, tapi itu karena saya memiliki beberapa teladan yang menginspirasi, saya akan menceritakan salah satunya:

Beberapa tahun yang lalu, ketika saya bekerja sebagai sukarelawati di Rumah Sakit Stanford, saya mengenal seorang gadis cilik bernama Liza, yang menderita penyakit serius yang langka,

satu satunya kesempatan untuk sembuh tampaknya hanyalah melalui transfusi darah dari adik laki lakinya yang baru berusia 5 tahun yang secara kebetulan bisa bertahan dari penyakit yang sama

dan dalam tubuhnya telah terbentuk antibodi yang dibutuhkan untuk melawan penyakit tersebut.

Suatu ketika, Dokter menjelaskan situasinya kepada adiknya, dan meminta adik laki lakinya bersedia diambil sebagian darahnya untuk kakak perempuannya,

untuk beberapa saat si adik yang lugu tampak ragu ragu, dan kemudian dia menghela nafas panjang dan dengan mantap mengatakan “baiklah, jika itu bisa menyelamatkan nyawa kakakku”

Ketika proses transfusi sedang berlangsung, bocah itu terbaring disamping kakak perempuannya dan tersenyum, kita semua yang berada disana bisa melihat jika kondisi kakak perempuannya

perlahan tapi pasti mulai membaik, kemudian wajah sang adik tampak memucat dan senyumnya memudar, sang adik menatap Dokter dan bertanya dengan suara bergetar

“Apakah saya akan segera mati setelah ini?”

Sedemikian lugunya sang adik laki laki ini sehingga dia salah mengartikan apa yang dokter minta, sang adik mengira bahwa dokter memintanya untuk memberikan seluruh darahnya kepada kakak perempuannya....

dan saya belajar tentang keberanian......

Keberanian memang tidak hanya tentang bagaimana seorang pahlawan dengan pantang menyerah dan bersedia mati untuk menyelamatkan seisi dunia, keberanian juga tidak selalu tentang

seseorang yang mendaki gunung, melewati lembah untuk mendapatkan semua impiannya, keberanian bisa datang hal kecil yang tampaknya sepele.

Kita semua harus bangga karena setiap dari diri kita adalah insan yang pemberani TANPA KECUALI, ketika kita mulai membuka mata ketika terjaga dari tidur kita, kita sudah dihadapkan

dengan berbagai tantangan yang terbentang di hari itu, dan sadarkah kita ketika kita mulai terjaga dan menjalani tiap hari, itulah yang dinamakan keberanian, tidak ada seorang bijak pun di dunia ini yang mengatakan bahwa hidup itu mudah, hidup selalu menantang dan penuh teka teki, dan berbanggalah kita semua yang masih bertahan hidup hingga hari ini dan masih tetap bersiap untuk menjalani hari hari kedepannya.....

baiklah..... sudah saatnya bagi seluruh pemberani, untuk bisa lebih berani lagi.......

selamat menjalani hari.....

terinspirasi dari catatan: Dan Millman - On Courage

Chicken Soup for the Soul by Jack Canfield and Mark Hansen

Monday Jan 10th.2011

Complaining



ok.... here's the thing, i straightly challenging ALL of you here to announced yourself, to admitted yourself, that you are a human-including me frankly-, don't you agree about that statement? some of the natural habit of the creature called human is not that good in term, ok, lets name it: complainer-check-, Crybaby-check, furier-check.... it's so natural for us-a normal human races- whom ever at least once in the zillion year of his life ever being that kind of human.

C-mon man.... being a stubborn, angry, complainer crybaby sometimes is not an eternal CURSE from our ancestor, me myself would be love to called it as a GIFT, I mean, if every single person in this narrow world has an absolute PERFECT EMOTIONS, there will be no harmony, there will be no wonderful tales such as cinderella or even Shrek, because they left no protagonist and antagonist since all the people in this world has PERFECT EMOTIONS.... i'm solemnly THANKFUL to our beloved mighty Creator to made us-human- with their dynamically changing emotions, because i do believe that dinamically changing emotions made us a walking creature with the WILL to push their edge, to have an ambitions, to give a chance to CARING and LOVING and COMPLETING each other...

I totally understand when there is some slightly problem that might occurred when there is a bunch of human with unbalanced emotion made some kind of chaotic situations(world war,genochide,cannibalism, you name it), it's just a price to pay anyway, do you have enough to pay for it? No? U don't have? Hmmm i think being a human not so fit with you... you should try being an Pineapple or Mollusca, they seem preety cheap on emotions and conflicts with their solitary life recently .

It is true that when there is trouble, the unbalanced emotions may lead into another worse problem, and as a human we are also equipped with brain which always doing its best to keep it on a right track, so i think the problem may comes into the condition which the brain are incapable to hold the unbalanced emotion

some of (assumed)perfect emotions human always encouraged us another ordinary human to not wasting our time to cry or complaining too much, in some case it is true, but as I said before, that cry, being complainer or even angry is a manifested form of a natural human, so to embrace our gift on it, we are not suppose to ditching the person who cry, angry or even suddenly complained too much, it is trully indicated that they have a problem, they need help, they need to be taken care of... this is the time when god show us his bless, He gives us a chance to CARING and LOVING and COMPLETING each other...

so people.... will you hate us? another human who have a problem, another human who would trully relieved when we asked by a simple words 'Are u OK?', we need your help... we just felt so deserted, unloved and INCOMPLETED...

Dissapointment


Seems so hard to take, my high expectations turn so awfully painful, my positive mind keep shouting a thousands of denial and groovy thought, but somehow, i just felt so sad and hollow inside.

It take a lot of effort i've taken to pursued that thing, soaking in sweat in the middle of the hell-hot jakarta's traffic jam had almost killing me, the next day i got caught in a heavy rain and it ruined my best outfit and dont forget how many hours that i spend just to thinking the chance that I supposed to get, the tremendous dream of level raising that also raising my expectaition high above the 7th sky, that made me just like living in a sweet dream.

And Wham!!!! the fact has told me the either way, they hasnt choose me for sure and this torture me like hell, i feel like a worst loser who losing a thing, a very valuable thing... all the beautiful dream has just swept away, my high expectation just made that disaster turn so bad, that made my face grow so pale all day long and my body temperature minimized, feel so cold in here.....

it bad.... very bad..... i felt so damn dissapointed.....

but....

shouldl i wave a white flag now?

Not yet sir..... as you said before, i'm just too young, too many chance that i risked to pass by grieving too much...

for now, i maybe the loser, but next, who knows?

About my Dad... -written on 2007-




Suatu musibah mengguncang keluargaku, dimana saat ini sesosok lelaki yang selalu kupanggil ayah sekarang menjadi seoarang calon pesakitan di penjara, walaupun aku tahu jika status tersebut tidak didapatkan dari hasil melakukan kejahatan melainkan buah dari kelalaian beliau. Dalam menunggu selesainya BAP(berita acara pemeriksaan) ayahku tidak diperkenankan untuk meninggalkan wilayah kantor polisi.

Ada rasa lega melintas sejenak di benakku, saat tahu ayahku belum saatnya bergabung dengan pesakitan lainnya di ruangan penjara yang sempit dan dingin, namun rasa khawatir kembali menyergapku ketika menyadari bahwa kemungkinan tersebut tetap saja ada.

Selama menjalani pemeriksaan, ayahku diperkenankan untuk menggunakan sebuah mushala kecil di yang terletak di belakang kantor polisi ini untuk tidur dan bermalam. Pada suatu malam aku memutuskan rehat sebentar dari kegiatan kuliah dan organisasiku yang padat untuk menemani ayahku menginap di mushala tersebut, sedangkan ibu dan adikku pulang terlebih dahulu ke rumah mengingat kesehatan ibuku yang tidak memungkinkan.

Malam itu, di mushala, bergantian sanak dan kerabat ayah datang untuk menjenguk dan sekedar memberikan semangat untuk ayahku, dalam saat saat tersebut senyum tak pernah lepas dari wajahnya dan dengan sabar kembali menceritakan dan menjelaskan cerita tentang musibah yang menimpanya berulang kali kepada para sanak dan kerabat yang bertanya.

Saat itu kulihat ayahku sebagai seseorang yang tegar, setegar batu gunung yang tenang saat dijamah dinginnya malam dan terdiam saat disentuh teriknya matahari.

Hari semakin larut, kelelahan membawaku tertidur sejenak. Saat aku bangun kulihat tamu tamu yang lain telah lama beranjak pergi, dan kulihat ayahku terduduk diam di teras mushala sambil menghembuskan asap rokok yang entah untuk yang keberapa kalinya dan pandangannya menatap jauh kedepan. Aku menatapnya sejenak dari jendela mushala ini dan kembali merebahkan tubuhku dan berusaha untuk kembali tidur, berharap tidur membuatku melangkah lebih cepat ke hari esok dan membawa kami berlalu dari semua musibah ini.

Malam semakin larut dan sunyi, hanya suara detak jarum jam mushala ini dan helaan nafasku yang kudengar, namun kesunyian seakan tidak mampu untuk menuntunku bersamanya kealam mimpi, kesunyian malah membawawku membuka kembali lembaran lembaran masa laluku dan ayah.

***

Ditengah gersangnya tanah ladang musim kemarau, kulihat sesosok ‘aku’ kecil berusaha berlari menerbangkan layangan yang di pegangnya, namun langkah langkah kecilnya tak cukup cepat untuk membuat layangan itu beranjak dari bumi dan menggapai awan. Si’aku’ kecil kemudian dengan wajah kecewa dan lelah terduduk di pematang sawah dengan tangan tetap menggenggam gulungan benang layangan dan matanya menatap marah layangan yang tergolek di tanah, seolah menyalahkan layangan itu yang tak kunjung terbang, kemudian sesosok ayah menghampiri dia dan mengambil benang layangan dari tangan ‘aku’ kecil dan dengan langkah langkahnya yang lebar, layangan itu dengan cepat terangkat dan dengan gagahnya melayang di langit seolah hendak menghampiri matahari senja yang menguning di kejauhan, sosok ‘ayah’ terus berlari dan di belakangnya ‘aku’ kecil ikut berlari dengan wajah yang dihiasi tawa riang polos seorang bocah dan tatapan mata bening dan bersemangat menatap layang layangnya yang semakin terbang menjauh…..

***

Didalam kamar yang hanya diterangi lampu bohlam 10 watt, kulihat sesosok ‘aku’ remaja membenamkan wajahnya ke dalamkan bantalnya, perselisihan tadi dengan sosok ‘ayah’ membuatnya terpukul, ‘aku’ remaja meluapkan amarah dalam dada dengan berteriak sekencang kencangnya dalam bantal yang menutupi wajahnya, namun hanya suara tertahan yang terdengar, ‘aku’remaja merasa benar dan keputusan sang ‘ayah’ selalu salah, namun ‘aku’ tidak bisa menolak putusan ‘ayah’ dan membalasnya dengan tatapan mata sengit dan bantingan pintu kamar, saat itu ‘aku’ remaja merasa ‘ayah’ adalah mahkluk yang paling menyebalkan di dunia…

***

Kesunyian kembali mebawaku kedunia nyata saat kurasakan sentuhan lembut di wajahku, aku tetap dalam posisi tidurku semula dan mataku tetap tertutup, tetapi rasa ku terjaga, aku tahu saat ayah menghampiriku dan membetulkan letak sarung yang tersingkap yang kupakai sebagai selimut penghalau dingin, ayah kembali tepekur dalam shalat malamnya setelah sejenak menatapku, dengan tatapan seorang ayah…

***

Di dalam sebuah mushala kecil di belakang kantor polisi, aku melihat sosok ‘aku’ berbaring dengan mata tertutup namun air mata keluar mengalir dari pelupuk matanya, ‘aku’ memiringkan tubuh kearah yang berlawanan dari kemungkinan dilihat ‘ayah’ dan air mata itu semakin deras muncul. Di sisi yang lain ‘ayah’ tetap termenung dalam doanya, aku yakin ‘ayah’ berdoa tidak hanya untuk keselamatan dirinya, tapi juga untuk orang orang yang disayanginya, dan aku melihat sosok ‘aku’ terlintas dalam untaian doanya…

***

Mentari senja hanya meninggalkan semburat jingga yang menghiasi mega mega di kejauhan, sosok ‘aku’kecil tampak tersenyum cerah dan matanya berbinar gembira walau lelah tampak di wajahnya, dengan cepat ‘aku’ kecil menggulung benang layangan dan membereskan layangannya, lalu dengan senyuman semakin lebar ‘aku’ kecil berlari menyongsong ‘ayah’ yang telah berjalan jauh di depannya, ‘ayah’ menghentikan langkahnya dan berbalik, dia mengulurkan tangannya, ‘aku’ kecil mempercepat langkah dan menyambut uluran tangannya. Di kejauhan rumah mereka sudah tampak.

Dengan bergandengan tangan, ‘aku’ kecil dan ‘ayah’ berjalan beriringan dengan sesekali dihiasi gelak tawa ‘aku’ kecil dan nyanyian lucu ‘ayah’, di belakang mereka mentari senja masih menyisakan warna jingga di mega mega yang masih berarak di kejauhan ….

I love you Dad

Monday, August 22, 2011

apa yang bisa saya tulis dalam 10 menit?


saya benar benar ingin menjadi penulis, dari sejak usia saya masih seumuran anak SD saya sudah bisa mengarang sebuah cerita pendek meskipun cerita tersebut masih berupa perkelahian antara singa dan kancil, dan seperti sudah bisa ditebak, sang kancil memenangkan perkelahian tersebut, hahahaha

suatu saat di masa saya masih kelas 2 SD saya mengikuti perlombaan karya tulis di sekolah saya, bisa dibilang tanpa persiapan apa apa, karena saya ditunjuk di h-1 perlombaan tersebut, saya ingat, di lomba tersebut, seluruh peserta dibagikan sebuah buku novel tebal dan kita diharuskan membaca buku tersebut dalam waktu sekitar satu jam dan kemudian menuliskan sinopsisnya menjadi sebuah referensi buku.

dan.... saya mendapatkan juara 2 dari berpuluh puluh anak tersebut.... dan ayah saya yang kebetulan mengenal salah satu jurinya bahkan mengatakan jika seharusnya saya meraih juara 1, hanya saja pada waktu itu, tulisan saya tidak seindah si juara satu....

bangga, tentu saja bangga, saat saya didaulat untuk maju ke tengah lapangan kecamatan pada saat upacara pengibaran bendera 17 agustus, dan menerima hadiah serta piala dan ditatap ratusan pasang mata saat itu...

hmmm.... dan sampai saat ini belum ada lagi prestasi saya dalam tulis menulis, mungkin karena saya terlalu sibuk akan dunia dunia lainnya yang tampak begitu menarik.

tapi saya yakin, saya bisa menulis, saya memiliki kemampuan untuk menuangkan isi hati saya yang terkadang teramat kacaunya menjadi goresan kata kata yang lebih mudah terbaca.

walaupun saya memang belum bisa disandingkan dengan pujangga pujangga besar, namun saya yakin jika saya bisa menulis.....

ya.... saya bisa menulis....

23 Agustus 2011
disela sela menunggu rekan kerja untuk berangkat meeting....

Sunday, August 21, 2011

Bad Day


ya.... memulai semuanya dari nol.

blog yang saya kelola beberapa minggu kemarin secara sepihak di suspended, dan membawa semua tulisan tulisan saya tanpa bekas, saya juga memang lalai, tidak memberikan sedikit waktu kepada diri saya untuk sekedar memback up tulisan saya, sehingga akhirnya saya kehilangan semua tulisan itu.... ah ceroboh sekali saya....

ya sudahlah, tak ada guna juga saya berkeluh kesah atas masalah kecil saya ini, tokh masih banyak ternyata masalah masalah saya yang lebih besar dan sudah antri mengular ke belakang dan menunggu untuk saya selesaikan.

seperti banyak orang bijak mengatakan bahwa dalam setiap halburuk selalu ada hikmah pelajaran yang bisa diambil, sehingga saat ini saya hanya berusaha sebijak mungkin untuk mengambil pelajaran bahwa saya harus membuat semua tulisan saya dalam back up yang tertata rapi....

tapi memang hari ini tidak bisa dikatakan hari yang indah, beberapa kabar buruk datang beriringan, jika pertahanan saya tidak tangguh, mungkin dari tadi saya sudah tersungkur.

izinkanlah saya untuk tidak sepositif biasanya, dan menyebut hari ini sebagai 'bad day' saya, bukan berarti hari ini saya tidak bersyukur, saya bersyukur, dan sangat bersyukur atas segala nikmatNya, tapi kabar kabar tersebut alangkah buruknya sehingga langit saya hari ini tidak sebiru biasanya.... bahkan sedikit kelabu dan dihiasi jelaga yang menggantung.

its a bad day ya.....

tapi harapan selalu ada, tokh masih ada hari esok ya......

sad note on valentine


have you ever felt so deeply in crush into someone and that someone has the same feeling? It would be worth the universe right? The euphoria just feel so damn fine and toxificating, the word of 'happines' wont described enough about that euphoria, you know what, once, i had said that 'its always great to have a feeling that you are belonged to someone, loved by someone and cared by someone, its so darn great indeed' i do believe that you know that feeling.... it was so magnificent right? Felt completed and full.... you might find the meaning of happines then

but....

have you ever, getting strucked into the condition that you are realize that in the whole years of your life the love just not that fine, your romance life was always miserably ended in a hell of pain and missery... have you ever felt like that? I have... i mean, right now i just felt it, in the whole of my quarter century of my life, my romance thingy has never felt so damn fine at the end, ALL of it just lead me into the hard impact and deadly destruction, i name it: pain, suffering, tortureness, misery and wound.... the euphoria just gone and pay me back with such glamorious value worth the hell....

oh lord.....

why.... i couldn't pick the person that i laid my love on.... it was just popped up, no matter how ugly, bad temper or psycho was that person, i just crushed on..... call it bizzare, but the most bizarre fact that i ever had was the love it self.....

right now, i just feel like i have screwed.... the love it self has abandoned me and screwed me so badly that left me no more energy to crawling up above.... i'm incompleted, handicapped and too weak to wiping my own tear....

I wont ever blame you Lord..... i know that every rumble was lead me for good.... You are always Good to me....

its just.... oh Lord, this wound just so painful..... heal me Lord.....i beg you..... i solemnly beg you..... this sinner has nobody to begged but You.... oh Lord.....

road to independence...and not to be dependent


Berawal dari kegemaran saya membaca recent updates BBM saya, hari ini tampak ada yang ganjil di status BBM seorang kawan, tampaknya dia sedang ada masalah, mungkin ini juga yang disiebut orang sebagai 'curcol' atau Curhat Colongan, dalam selang waktu yang tidak seberapa lama dia sudah berganti status berkali kali. Pada awalnya statusnya hanya sebatas memaki secara halus terhadap seseorang yang tampaknya dekat dengannya, dan semakin lama statusnya semakin putus asa dan sampai akhirnya statusnya berbunyi kurang lebih: 'inilah akhirnya, maafkan kesalahanku, semoga dikehidupan selanjutnya aku tidak mengalami kepahitan seperti ini'

Karena kebetulan saya memang mengenalnya, sebagai seorang teman, maka saya menyapanya, dengan sedikit khawatir jika dia memang akan mengakhiri hidupnya seperti yang tersirat pada statusnya.

Jika dilihat kembali, saya mengenalnya sudah cukup lama, seorang teman dengan perjalanan hidup yang menarik dan lebih bergelombang dibandingkan hidup saya yang terasa membosankan kadang kadang.

Namun bukan kisah hidupnya yang hendak saya angkat disini, melainkan. Pertanyaan saya terhadap sikapnya yang sebegitu tidak cerdasnya hingga terbersit niat untuk menyerahkan hidup karena masalah dengan seseorang terdekat (mungkin pacar, sahabat atau apalah itu)

Seorang teman dekat pernah mengatakan pada saya di suatu senja ditengah kemacetan ibukota, "jika kamu terlalu bergantung terhadap seorang atau dua orang manusia, maka kamu harus bersiap terhadap kemungkinan untuk dikecewakan"

Ya, saya setuju akan perkataannya, manusia tokh hanya mahkluk yang jauh dari kata sempurna, segala gerak perilakunya masih banyak dipengaruhi perasaan dan emosi, sehingga tendensi setiap manusia untuk sakit menyakiti selalu ada dari jaman Adam hingga ribuan tahun kemudian.

Suatu saat di masa lalu saya, saya merasa sebegitu tidak amannya diri saya dan masa depan saya, serasa tidak adanya pegangan dan tak ada yang bisa membuat saya aman, saat itu saya ketakutan dan kesepian teramat sangat. Seseorang yang saya rasa sebagai juru selamat yang menjanjikan kebahagiaan ternyata hanya menyapa dan kemudian berlalu dalam sekejap, saya sendirian...

Dalam saat seperti ini saya merasakan kehadiranNya, saya menjerit dalam hati, meraung dan menggelepar dalam derita nisbi, dan ternyata Dia selalu didekat saya, ketika saya menyerah dan berserah, dan menanggalkan kesombongan saya, Dia memeluk saya dengan hangat...

kembali kepada teman saya yang dengan status BBMnya, ah... Ternyata dia hanya membaca BBM saya dan tidak membalasnya.

Tapi setidaknya tampaknya dia mengurungkan niat bodohnya dengan statusnya yang selanjutnya: "Terus dan terus pada PING emg ada apa?"

Sedikit kesal, mengingat ini bukan kali pertama dia mengumumkan kepada dunia bahwa dia hendak berlaku bodoh.

Aah... Ibukota yang kejam ini mengajarkanku banyak hal, salah satunya adalah semakin saya berkoar akan menderitanya hidup saya dan mengharapkan belas kasihan dari seluruh dunia... Maka disaat yang sama saya membunuh diri saya sedikit demi sedikit, keluhan demi keluhan adalah selayaknya sebuah bumerang, semakin dilemparkan maka akan berbalik arah dan menghantam, sakit dan terluka...

Maka pada akhirnya, orang terdekat, siapapun itu, entah pacar, orang tua, suami, istri ataupun sahabat, adalah berharga, mereka adalah fondasi hidup yang penting, namun tidaklah bijaksana apabila saya menjadi tergantung secara absolut kepada mereka, karena pada akhirnya yang menjalani hidup adalah saya, keputusan ada ditangan saya, arah hidup ditentukan oleh saya....

Jadilah semakin kuat....

21 Agustus 2011
Diatas kereta Bogor-Jakarta