Showing posts with label Road Trip Jawa Bali. Show all posts
Showing posts with label Road Trip Jawa Bali. Show all posts

Tuesday, April 21, 2015

Pelesir ke Candi Prambanan dan Ratu Boko

Kita pun melanjutkan perjalanan setelah perut kami kenyang dan puas selepas makan siang di Bale Raos,masih dengan motor Honda Beat sewaan, kami pun memacu motor itu menuju kea rah tujuan selanjutnya yaitu Candi Prambanan, Komplek Candi Prambanan terletak sekitar 16 Km dari pusat kota Yogyakarta, namun memang relativitas ‘jauh’ nya orang Jakarta dengan orang sini berbeda, jika di Jakarta jarak segitu bisa ditempuh dengan waktu yang tak terhingga karena macetnya Jakarta, tapi disini, jarak 16Km bisa kami tempuh dengan jarak kurang dari setengah jam, sedikit ngebut sih saya.
Sesampainya di komplek Prambanan, kami membeli tiket paket Candi Prambanan + Ratu Boko seharga Rp. 70.000, dengan tiket tersebut kami mendapatkan shuttle bus ke komplek Candri Ratu Boko yang jaraknya sekitar 4Km dari Candi Prambanan.

Komplek Candi Ratu Boko terletak di puncak bukit yang panas(kebetulan sampai sana sedang panas dan kami kelelahan), disana kita bisa melihat reruntuhan candinya, yang tinggal tersisa semacam gapura nya, tips saya, kalau mau kesini, lebih baik menggunakan kendaraan pribadi di sore hari yang cerah, sehingga berkesempatan melihat sunset. Karena konon katanya sunsetnya cukup epic disini, namun karena saat itu kita kesininya menggunakan shuttle bus, sehingga tidak memungkinkan untuk memburu sunset nya karena shuttle bus terakhir yang tersedia hanya sampai jam 4 sore.
Setelah puas mengelilingi Ratu Boko, kami pun kembali ke komplek Prambanan, menggunakan shuttle bus yang sama.
Terakhir kali saya ke prambanan itu adalah sewaktu sayakelas 4 SD, keadaannya sedikit berbeda dengan yang saya ingat dulu, sekarang kompleknya lebih terawatt dan lebih tertib, namun hamparan batu batu candi yang belum terpasang masih banyak sekali, sepertinya masih banyak PR unuk team pemugar Prambanan untuk bisa merakit hamparan batu batu itu ke posisi semula.


Sebelum pulang dan mengakhiri pelesiran kita hari itu, kita menyempatkan untuk naik mobil terbuka yang mengeilingi komplek Prambanan, memang kita sudah lelah dan malas untuk berjalan jauh, next time kalau kesini lagi harus cukup tidur dan jangan jadi nekad traveler kayak kita yang semalamnya malah gak tidur dan guling guling gak jelas, jadinya gak heran tenaga kita mulai menipis saat kesini, jadinya tidak serratus persen fit deh

Thursday, April 9, 2015

Mengelilingi Area Keraton & Taman Sari & Bale Raos

Matahari sudah naik ketika kita keluar dariCabin Hostel untuk menlanjutkan itinerary di hari ini, rencananya hari ini kita akan mengunjungi kembali keratin kemudian dilanjut ke Prambanan dan situs Ratu Boko. Dengan mengendarai Motor Vario, sewaan seharga Rp.70.000/hari, kami pun menjelajahi Yogyakarta hari itu.

Tujuan pertama kami adalah Keraton Yogya, sebenarnya 2 hari sebelumnya, saya sudah kemari, tapi karena teman travel saya mau kemari lagi dan saya ingin menjelajahi lebih dalam lagi area keratin, maka saya pun kesini lagi.
 Untuk spot keraton masih sama seperti sbelumnya, Cuma saya tidak seburu buru kemarin dan masih bisa mengambil lebih banyak foto di spot yang berbeda, kemudian setelah dari keraton,saya melanjutkan dengan menggunakan Becak untuk mengunjungi spot spot sekitar keraton, cukup dengan Rp.10.000 ongkosnya, dibandingkan dengan Jakarta, ongkos becak Rp.10.000 itu rasanya bikin saya nggak tega, apalagi bapak becak nya ramah sekali,di Jakarta mana dapat ongkos becak Rp.10.000.
Spot pertama dari Tour De Betjak nya adalah ke Musium Kereta, di museum ini bisa dilihat berbagai macam kereta kencana kesultanan, dengan desain yang mengagumkan detailnya, mulai dari keretanya, tipe kuda dan seragam kusirnya juga ada disini, hawa mistisnya terasa sekali, karena konon kereta kereta ini selain memiliki kegunaan sebagai sarana transportasi, tapi ada unsur kejimatannya juga.

Spot selanjutnya adalah daerah pengrajin kaus dan batik, kata si bapak becaknya jika kita hendak membeli di daerah sini, kerajinannya relative jauh lebih murah, namun saying kita memang belum ada niatan untuk belanja, jadi kita Cuma lewat lewat saja spot ini
Spot terakhir adalah pusat pengrajin lukisan batik, semacam galleri yang memajang lukisan lukisan namun dikreasikan dari motif batik, cukup unik dan sepertinya mahal.

Sehabis dari Tour De Betjak seharga Rp,10.000 (Kita kasih tip kok, karena kita ndak setega itu ngasih Rp.10.000 saja untuk becaknya), kita kembali menaiki motor untuk ke spot lainnya yaitu Taman Sari, situs ini dulunya adalah tempat pemandian para puteri, ditengahnya ada kolam(yang airnya habis), arsitekturnya menarik sebenarnya, namun ketika kami kesana ramai sekali, banyak anak anak muda yang foto foto dan nongkrong, jadinya kita mau menikmati keindahannya agak terganggu, gerak aja susah saking ramenya, dan panas, jika hendak kemari jangan pakai baju tebal semacam mantel ala ala The Matrix ya, cukup baju tipis yang nyaman, karena udaranya yang panas.
Waktu sudah menunjukkan tengah hari ketika selesai mengunjungi Taman Sari, sudah saatnya makan siang, dan dari rekomendasi seorang kawan, kami pun mencari satu Restoran bernama ‘Bale Raos’, dengan bermodalkan GPS akhirnya kami menemukannya, ternyata restorannya masuk ke area Keraton, sehingga di gerbangnya saya  harus mematikan mesin motor dan menenteng(?) motornya ke parkiran,

Ketika masuk, saya sampai terkagum kagum, rasanya seperti bangsawan Jawa, pelayanannya ramah, dan makanannya juga luar biasa, tempatnya juga OK, tidak heran karena Bale Raos ini adalah catering resmi kesultanan, sehingga menu menu yang kami makan memang meu yang sama dan dimasak juga untuk para bangsawan keraton.
Rekomendasi saya, cobalah Traditional Rice Set, selain porsinya banyak(lapar dan gembul), rasanya juga ok, terdiri dari satu set nasi putih dengan ayam bumbu, tempe bacem dan sayur bersantan tetapi bukan soto, untuk harganya yaaa standar restoran, ndak terlalu murah, tapi ndak mahal juga, rasanya lebih ok dari pada harganya hehehhe


Tuesday, April 7, 2015

Borobudur, dan kembali ke Yogya

Perjalanan dari Phuntuk sethumbu yang saya kira akan lebih ringan ternyata tidak menjadi kenyataan, mungkin saya agak kelelahan pasca mendaki, sehingga naffas saya masih payah saat dipaksa untuk mengayuh pedal sepeda kembali ke hotel, namun pemandangan yang menakjubkan sepajang perjalanan seakan menjadi penangkal kelelahan saya. Persawahan yang hijau, lembutnya kabut pagi yang menyapu wajah saya seakan menghaau keringat di tiap helaan kaki saya mengayuh sepeda ini.
Dan saya sempat beberapa kali berhenti untuk mngambil beberapa foto dan sekedar mengambil sedikit nafas yang lagi lagi hampir putus.



Sekitar jam  pagi akhirnya saya sudah kembali bisa menghempaskan tubuh di ranjang empuk hotel Lotus ini, dan setelah istirahat saya menikmati sarapan sambal menikmati pemandangan hamparan sawah yang hijau, hidup ini memang indah ya….
Saatnya saya Check out dan melanjutkan perjalanan kembali ke Jogja, Eric dari Lotus berbaik hati mengantarkan saya ke terminal Borobudur, thanks loh Ric, tahu saja kalo saya lagi teller setelah hiking ke Punthuk Setumbhu sepagian.
Dengan menggunakan bus yang sama saya pun kembali ke Yogya, di bis saya berkealan lagi dengan orang baru, seorang ibu muda yang ‘kabur’ dari rutinitasnya di Jakarta untuk refreshing di Jakarta, dan perjalanan sejam pun berasa sebentar dengan obrolan seru kami sepanjang perjalanan.
Karena sedang ada Perayaan di sekitaran Malioboro, maka saya tidak bisa berhenti langsung di Malioboro melainkan harus erhenti dekat area tugu Jogja, maka saya pun turun dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki ke hostel saya selanjutnya yang terletak di jalan Gandekan Malioboro.
Beruntungnya saya, ketika sampai ke Malioboro sedang dimulai pawai kirab kesenian yang masuk dalam rangkaian acara ‘Yogya Istimewa’, beragam kelompk kesenia berpawai mempertontonkan kebisaan mereka, mulai dari grup Reog Ponorogo sampai teater SMA yang unik, setelah sejam saya melihat pawai ini, saya pun melanjutkan perjalanan ke Cabin Hostel yang ada di daerah malioboro juga.
Cabin Hostel terletak di dekat daerah Malioboro, hostel yang memang dikhususkan untuk para traveler budget seperti saya ini, tidak terlal mahal, hanya 200 ribu/malamsudah mendapatkan kamar untuk 2 orang plus breakfast, namun jangan berharap kamarnya besar, kamarnya kecil bener, senggol senggolan rasanya.

Disini saya bertemu dengan travel partner pertama saya, orang asing yang sebelumnya hanya saya kenal via socmed dan chat, agak kaget juga ia melihat kamar hostelnya yang sekecil ini, tapi ya sudahlah, yang penting bisa ditiduri dan nyaman kan.

Friday, March 6, 2015

On the way to Punthuk Setumbhu

Baiklah.... istirahat dulu... saya kelelahan, sudah hampir Phuntuk Setumbhu dan  tinggal 200 meter lagi tetapi jalurnya nanjak sekaleee...

dengan ditemani sebuah sepeda pinjaman dari hotel tempat saya menginap, saya mengarungi jalur Borobudur - Phuntuk Setumbhu, yang kata Eric (Lotus Hotel) jaraknya dekat, dan saya lihat melalui google maps ternyata jaraknya 7 km lebih, dengan pertimbangan biaya yang akan bengkak jika menggunakan Tour atau sewa Ojek, maka saya memutuskan untuk sewa sepeda saja, lagipula akan lebih mudah jika akan singgah singgah kalau menemukan tempat yang menarik.

Jalannya ooh jalannya, melintasi pedesaan sepi sambil dengan kadang hanya diterangi terang bulan karena lampu jalan yang terbatas dan membaca ayat qursi... -_-,sempat gentar sih tapi diterobos saja deh

Akhirnya setelah perjalanan yang sangat melelahkan, sampai saya harus berhenti beberapa kali di tengah jalan untuk mengambil nafas yang hampir habis, sampai juga saya di puncak Punthuk Setumbhu, nampaknya cuma saya yang kesini sendirian, yang lainnya kesini ramai ramai atau rombongan.

Ketika sampai ke parkiran sepeda, kirain penderitaan saya berakhir, ternyafa beluuummm, saya masih harus mendaki lagi ke atas sekitar 500 meter, nafas saya habis lagi dan harus terhenti lagi ditengah tabjakan sepi untuk kembali mengambil nafas.

Baiklah sesampainya disini, karena masih gelap, mari beristirahat dulu.

Aku kangen kasur :(

Thursday, March 5, 2015

Day 4, Cirebon

Stasiun Cirebon, 8.44PM
Akhirnya liburan selama 3 malam di rumah orang tua di Kuningan berakhir, libutan 3 malam itu hanya diisi dengan beristirahat dan bertemu dengan beberapa teman lama, rasanya berat badan saya naik beberapa kilo selama di kuningan.
Dan disinilah saya sekarang, duduk di ruang tunggu Stasiun Cirebon menunggu kereta yang akan membawa saya ke Yogyakarta, masih sekitar 3 jam lagi sepertinya.
Hampir semua tiket kereta dan pesawat sudah ditangan dan semua hostel sudah ter book, beberapa sudah saya konfirmasi ulang, sekedar memastikan nama saya ada di guest list mereka, daripada saya langsung datang tapi ternyata karena satu dan lain hal nama saya tidak tertera di daftar tamunya, kan bisa kacau saya, pontang panting cari hostel lagi kan ndak lucu pastinya.
Tapi tetap saja rasanya sedikit gentar dengan perjalanan ini, ini adalah kali pertama saya solo travelling, persiapannya rasanya sangat banyak dan saya adalah orang yang tidak terlalu teliti dan detail sehingga kadang takut ada yang tertinggal. Kadang terbersit pula kejadian kejadian buruk yang mungkin bisa terjadi disana, misalnya kecurian atau dijahatin orang(amit amit), tapi ya seperti apa kata kawan saya, dinikmati saja lah ya....
Orang tua saya juga sempat khawatir dengan rencana perjalanan ini, berulang kali mereka bertanya tentang disana bagai mana, naik apa disana, disana sama siapa dan lain lain, tapi saya tegaskan jika saya sudah mau umur 30 lho, sudah sewajarnya berani dengan perjalanan ini.
Masih 2 jam an lagi tho...
Yang paling saya rindukan dari Jakarta itu adalah jaringan internetnya, di Jakarta jauuhh lebih ngebut jaringannya ketimbang di kuningan, padahal rumah ortu itu ada di pusat kota tapi tetap saja internetnya serasa lambat, beranjak ke kamar mandi dari ruang tamu saja bisa langsung masuk blank spot, jadi teringat dulu sekitar awal awal tahun 2000, bapak saya beli HP, masih mahal waktu itu, tapi ketika dinyalakan di rumah, sinyalnya tidak muncul, jadilah dia membeli lagi antena khusus HP yang dipasang diluar setinggi antena UHF TV kami dulu. Dan kabelnya disambungkan dengan antena external HP itu, dan baru muncul deh sinyalnya, itu pun masih 1 atau 2 bar.
Kemudian akhirnya HP bapakku itu dilungsurkan lah ke saya, dan pada saat SPMB kubawa HP nya ke Bandung dan terkesimalah saya yang biasa melihat sinyal GSM 1 atau 2 bar, di bandung sinyalnya full 5 bar. Tapi itu kan 11 tahun yang lalu, ah sudah makin tua aja saya...

Sunday, March 1, 2015

Day 2, Bandung - Kuningan

Seperti yang sudah di duga, saking nyenyaknya kita bangunnya siang, sekitar jam 8 kita baru turun untuk breakfast, menu di hotel ini tidak terlalu banyak, hanya ada roti rotian, nasi goreng, sosis, bubur buburan dan omelette, dan berhubung saya memang terlahir oportunis(baca : lemah jika disodori gratisan) maka saya coba semuanya, makanannya ok, yang paling enak ya suasananya, sayanganya saya tidak ambil foto restorannya, kursi dan interiornya sangat unik dan menarik dan membuat saya betah berlama lama disini.

Saatnya checkout dari Hotel 101 ini, jika ada kesempatan lagi, tidak keberatan banget jika hatus menginap disini lagi, apalagi jika kamarnya lebih kedap suara dari luar pasti ok.

Ya, fix saya memang manja dan boros, daripada naik angkot ke terminal Cicaheum, saya malah naik Taksi Gemah Ripah. Argonya juga lumayan ngebut padahal mobilnya agak merayap dengan kemacetan Bandung, argonya cukup Rp.30.000 saja, backpacker yang ogoan sekali saya hahaha

Pas sekali, saat saya sampai terminal Caheum langsung naik Damri Bandung - Kuningan yang langsung berangkat tanpa ngetem lagi, Damri nya Ok juga, sudah dilengkapi colokan listrik dan free wifi dan toilet, ah senangnya.

Tadinya sih berniat menggunakan kereta Bandung - Cirebon untuk rute ke Kuningan tetapi sayangnya tiketnya keburu habis maka pilihan damri pun diambil, ndak terlalu buruk sih, Damri juga ok, cuma rasanya lamaaaa, jika dengan kereta mungkin hanya 2jam sampai Cirebon, jika dengan Damri saya duduk manis sampai 5jam lebih.

Enaknya menggunakan Damri, rutenya melewati Jatinangor, tempat saya kuliah dulu, sudah sangat berubah ya sekarang, Unwim sudah berganti rupa menjadi ITB yang megah, dan Unpad menjadi semajin berwarna warni, ah Jatinangor, saya rindu sekali sama kamu, di lain waktu saya akan mampir deh ya, janji...

Dampak dari musim hujan terasa sekali, sepanjang mendung dan hujan rintik rintik, jalanan sumedang-cirebon juga kurang mulus, banyak lobang dimana mana, bus Damri mesti ekstra hati hati dan gak bisa ngebut jadinya, tapi pemandangan yang hijau sepanjang jalan cukup membuat mata saya adem, hamparan padi juga sudah mulai menguning tanda musim panen akan segera tiba.

Saya baru sampai ke Kuningan selepas Magrib dan disambut dengan mati lampu, tadi tak jadi masalah banget sih, beda dengan Jakarta, Kuningan jauhblebih dingin, apalagi di musim hujan, tak butuh AC, kalau di Jakarta mati lampu, mendingan saya ngemall aja sekaligus ngadem.

Hai Kuningan....