Friday, March 6, 2015
On the way to Punthuk Setumbhu
Day 5 part 2... Borobudur - Magelang
Thursday, March 5, 2015
Day 5, Yogyakarta
Di salah satu sudut Keraton Yogyakarta
Kereta Taksaka Malam yang saya tumpangi akhirnya mengantarkan saya ke Yogyakarta, tepat jam 5 subuh saya sampai di Stasiun Tugu, selama perjalanan saya sukses terlelap dan ketika bangun petugas KA sudah mengambil selimut dari kursi saya, pertanda tujuan saya di Yogyakarta sudah dekat. Obat flu dan batuk yang saya minum (plus Antimo) membuat saya langsung mendengkur tidak lama setelah saya menghempaskan tubuh di kursi KA eksekutif yabg empuk ini, bahkan saya membawa bantal sendiri karena cidera leher saya yang takutnya kambuh karena kelamaan duduk di kereta (ya, bantal penyangga leher bermotif norak ini berhasil membuat leher saya tidak sakit lagi, yay!!)
Sesampainya di stasiun, pengaruh obatnya tidak serta merta hilang dan saya masih kembali tertidur di meja area makan, walaupun tidak senyenyak di kereta.
Setelah puas memperhatikan riuh nya stasiun di pagi hari dan menghilangkan kantuk ala kadarnya, saya pun beranjak keluar dari stasiun untuk mencari pengganjal perut yang sebenarnya tidak terlalu lapar ini.
Keluar dari area stasiun saya menyusuri jalanan Malioborobyang senggang di pagi hari, dan memilih salah satu penjual nasi gudek pinggir jalan, rasanya jauh lebih enak dari gudek yang saya makan di jakarta, lebih gurih dan manis ditemani setusuk sate udang dan teh manis panas. Harganya sih agak mahal ya, Rp. 27.000 untuk semua itu, padahal saya berpikir jika harganya akan lebih murah karena Yogya yang terkenal oleh harga harganya yang murah.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Keraton, dan ternyata perjalanan nya cukup jauh ditambah dengan carier saya yang berat ini. Sebelum keraton saya mampir terlebih dahulu ke Benteng Vredeburg, benteng yang dulunya digunakan Markas Besar TNI sebelum menjadi museum, museumnya terrawat dengan baik dan diorama nya juga menarik, ada satu wahana yang mengsimulasikan keadaan serangan 11 maret, lengkap dengan patung tentara dan efekbsuara peperangan yang mengagetkan, simulasinya agak mengerikan sih, saya sempat mundur beberapa langkah dan terkaget kaget karena patungnya terlihat begitu nyata.
Sambil ngadem saya pun beristirahat di salah satu ruangan diorama yang ber AC dan iseng googling mengenai sejarah benteng ini, dan ternyata benteng ini adalah salah satubspot paling angker yang ada di Yogyakarta, ada penampakan barisan tentara tanpa kepala dan noni belanda.... (salah googling), untungnya saya kesana di pagi hari yang terang benderang sehingga suasananya tidak angker dan saya bisa dengan leluasa mengitari benteng ini tanpa harus takut ditampakkan mankluk mahkluk itu.
Oh iya, di pos satpamnya boleh menitipkan barang sehingga saya tak usah memanggul carrier saya yang berat ini.
Perjalanan pun dilanjutkan ke Keraton, masih lumayan jauh lagi jika berjalan kaki sehingga siap siap lah pegal kakinya.
Akhirnya saya pun menginjakkan kaki di Keraton Yogyakarta, tempat leluhur saya mungkin hehehe, saya sepertinya ada trah Mataram dari pihak ibu, keratonnya panas dan banyak debu dimana mana, biaya masuknya untuk turis lokal adalah Rp.5000 plus izin kamera Rp.2000, murah sekalee.
Kaki sudah cenat cenut rasanya ketika mengelilingi keraton ini, ada beberapa ruangan yang menceritakan fasilitas keraton, trah Raja raja dan tempat menarik lainnya, ada guide juga yang bisa menjelaskan lebih detail mengenai sejarah keraton ini.
Dan saya pun masih terduduk disini, semoga tidak kram hahaha
Day 4, Cirebon
Sunday, March 1, 2015
Day 2, Bandung - Kuningan
Seperti yang sudah di duga, saking nyenyaknya kita bangunnya siang, sekitar jam 8 kita baru turun untuk breakfast, menu di hotel ini tidak terlalu banyak, hanya ada roti rotian, nasi goreng, sosis, bubur buburan dan omelette, dan berhubung saya memang terlahir oportunis(baca : lemah jika disodori gratisan) maka saya coba semuanya, makanannya ok, yang paling enak ya suasananya, sayanganya saya tidak ambil foto restorannya, kursi dan interiornya sangat unik dan menarik dan membuat saya betah berlama lama disini.
Saatnya checkout dari Hotel 101 ini, jika ada kesempatan lagi, tidak keberatan banget jika hatus menginap disini lagi, apalagi jika kamarnya lebih kedap suara dari luar pasti ok.
Ya, fix saya memang manja dan boros, daripada naik angkot ke terminal Cicaheum, saya malah naik Taksi Gemah Ripah. Argonya juga lumayan ngebut padahal mobilnya agak merayap dengan kemacetan Bandung, argonya cukup Rp.30.000 saja, backpacker yang ogoan sekali saya hahaha
Pas sekali, saat saya sampai terminal Caheum langsung naik Damri Bandung - Kuningan yang langsung berangkat tanpa ngetem lagi, Damri nya Ok juga, sudah dilengkapi colokan listrik dan free wifi dan toilet, ah senangnya.
Tadinya sih berniat menggunakan kereta Bandung - Cirebon untuk rute ke Kuningan tetapi sayangnya tiketnya keburu habis maka pilihan damri pun diambil, ndak terlalu buruk sih, Damri juga ok, cuma rasanya lamaaaa, jika dengan kereta mungkin hanya 2jam sampai Cirebon, jika dengan Damri saya duduk manis sampai 5jam lebih.
Enaknya menggunakan Damri, rutenya melewati Jatinangor, tempat saya kuliah dulu, sudah sangat berubah ya sekarang, Unwim sudah berganti rupa menjadi ITB yang megah, dan Unpad menjadi semajin berwarna warni, ah Jatinangor, saya rindu sekali sama kamu, di lain waktu saya akan mampir deh ya, janji...
Dampak dari musim hujan terasa sekali, sepanjang mendung dan hujan rintik rintik, jalanan sumedang-cirebon juga kurang mulus, banyak lobang dimana mana, bus Damri mesti ekstra hati hati dan gak bisa ngebut jadinya, tapi pemandangan yang hijau sepanjang jalan cukup membuat mata saya adem, hamparan padi juga sudah mulai menguning tanda musim panen akan segera tiba.
Saya baru sampai ke Kuningan selepas Magrib dan disambut dengan mati lampu, tadi tak jadi masalah banget sih, beda dengan Jakarta, Kuningan jauhblebih dingin, apalagi di musim hujan, tak butuh AC, kalau di Jakarta mati lampu, mendingan saya ngemall aja sekaligus ngadem.
Hai Kuningan....