Thursday, March 5, 2015

Day 5, Yogyakarta

Di salah satu sudut Keraton Yogyakarta

Kereta Taksaka Malam yang saya tumpangi akhirnya mengantarkan saya ke Yogyakarta, tepat jam 5 subuh saya sampai di Stasiun Tugu, selama perjalanan saya sukses terlelap dan ketika bangun petugas KA sudah mengambil selimut dari kursi saya, pertanda tujuan saya di Yogyakarta sudah dekat. Obat flu dan batuk yang saya minum (plus Antimo) membuat saya langsung mendengkur tidak lama setelah saya menghempaskan tubuh di kursi KA eksekutif yabg empuk ini, bahkan saya membawa bantal sendiri karena cidera leher saya yang takutnya kambuh karena kelamaan duduk di kereta (ya, bantal penyangga leher bermotif norak ini berhasil membuat leher saya tidak sakit lagi, yay!!)

Sesampainya di stasiun, pengaruh obatnya tidak serta merta hilang dan saya masih kembali tertidur di meja area makan, walaupun tidak senyenyak di kereta.

Setelah puas memperhatikan riuh nya stasiun di pagi hari dan menghilangkan kantuk ala kadarnya, saya pun beranjak keluar dari stasiun untuk mencari pengganjal perut yang sebenarnya tidak terlalu lapar ini.

Keluar dari area stasiun saya menyusuri jalanan Malioborobyang senggang di pagi hari, dan memilih salah satu penjual nasi gudek pinggir jalan, rasanya jauh lebih enak dari gudek yang saya makan di jakarta, lebih gurih dan manis ditemani setusuk sate udang dan teh manis panas. Harganya sih agak mahal ya, Rp. 27.000 untuk semua itu, padahal saya berpikir jika harganya akan lebih murah karena Yogya yang terkenal oleh harga harganya yang murah.

Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Keraton, dan ternyata perjalanan nya cukup jauh ditambah dengan carier saya yang berat ini. Sebelum keraton saya mampir terlebih dahulu ke Benteng Vredeburg, benteng yang dulunya digunakan Markas Besar TNI sebelum menjadi museum, museumnya terrawat dengan baik dan diorama nya juga menarik, ada satu wahana yang mengsimulasikan keadaan serangan 11 maret, lengkap dengan patung tentara dan efekbsuara peperangan yang mengagetkan, simulasinya agak mengerikan sih, saya sempat mundur beberapa langkah dan terkaget kaget karena patungnya terlihat begitu nyata.

Sambil ngadem saya pun beristirahat di salah satu ruangan diorama yang ber AC dan iseng googling mengenai sejarah benteng ini, dan ternyata benteng ini adalah salah satubspot paling angker yang ada di Yogyakarta, ada penampakan barisan tentara tanpa kepala dan noni belanda.... (salah googling), untungnya saya kesana di pagi hari yang terang benderang sehingga suasananya tidak angker dan saya bisa dengan leluasa mengitari benteng ini tanpa harus takut ditampakkan mankluk mahkluk itu.

Oh iya, di pos satpamnya boleh menitipkan barang sehingga saya tak usah memanggul carrier saya yang berat ini.

Perjalanan pun dilanjutkan ke Keraton, masih lumayan jauh lagi jika berjalan kaki sehingga siap siap lah pegal kakinya.

Akhirnya saya pun menginjakkan kaki di Keraton Yogyakarta, tempat leluhur saya mungkin hehehe, saya sepertinya ada trah Mataram dari pihak ibu, keratonnya panas dan banyak debu dimana mana, biaya masuknya untuk turis lokal adalah Rp.5000 plus izin kamera Rp.2000, murah sekalee.

Kaki sudah cenat cenut rasanya ketika mengelilingi keraton ini, ada beberapa ruangan yang menceritakan fasilitas keraton, trah Raja raja dan tempat menarik lainnya, ada guide juga yang bisa menjelaskan lebih detail mengenai sejarah keraton ini.

Dan saya pun masih terduduk disini, semoga tidak kram hahaha

No comments:

Post a Comment