rasanya menjadi pikiran berbelit juga,
saat saya sudah mulai merasa kurang nyaman dengan pekerjaan saya yang sekarang,
passion saya dan sense of belonging saya terhadap perusahaan ini menjadi sangat
tipis, jika saya memutar balik pada saat saya pertama masuk disini, rasanya
saya begitu excited dengan lingkup
kerja dan suasana kerja yang sangat baru, pikiran saya teramat positif dan saya
dengan senang hati mengerjakan apa yang diperintahkan atasan, bahkan saya tidak
keberatan jika harus menambah jam kerja saya untuk mengerjakan hal-hal yang
belum terselesaikan.
Namun kemudian semakin hari,
konflik-konflik bermunculan, baik dengan atasan maupun dengan teman sedivisi,
awalnya saya masih berusaha positif dengan memberikan sugesti sugesti indah
seperti ”saya masih butuh belajar”, ”belum saatnya”, ”masih butuh tempaan” dan
lain lain.
Dan, tempaan itu memang berhasil
menjadikan saya lebih kuat dan lebih pintar, dan ditambah saya sekarang
memaksakan diri saya untuk mengambil kuliah kelas malam, mengenal orang orang
baru dan cara pandang yang baru, membuat saya berpikir, apakah tempaan tempaan
itu memang akan terus membuat saya semakin kuat dan bersinar atau malah
berpeluang membuat saya semakin gepeng dan suram?
Pikiran pikiran tidak positif
semakin menghinggapi otak saya, rasanya bagai ditonjok oleh hal yang sama,
sehingga rasanya saya mulai teraniaya, impactnya ya sudah pasti kualitas kerja
saya menurun, saya mulai sering telat masuk kerja, dari awalnya saya sangat bersemangat
dan tidak pernah telat, sekarang saya merasa buat apa saya datang tepat waktu,
toh atasan atasan saya juga sering kali telat, dan buat apa saya masuk tepat
waktu, dan memberi lebih, rasanya saya dapatnya kurang melulu tokh…
Beberapa teman sering bilang jika
saya kurang bersyukur, coba bandingkan dengan orang orang yang kesusahan
mencari kerja diluar sana dan harus berpacu dengan tuntutan kebutuhan yang
tidak bisa ditunda, sedang kan saya, dari segi pemasukan sudah lebih dari
cukup, saya resapi, dan saya kembali bersemangat, tapi kembali ke kantor,
menghirup aroma kantor, melihat wajah atasan, menatap progress target dan
sistem kerja, membuat saya kembali mual dan muak.
Saya jenuh, jenuh sekali, semangat
di pembuluh nadi saya sudah sedemikiannya menipis sehingga sumpah serapah dan
keluhan seringkali terlontarkan.
Saya membaca sebuah artikel
mengenai tanda tanda seseorang harus resign, mungkin akan saya coba untuk
menganalisa dari artikel ini:
Mengeluh
Anda terus menerus
mengeluh mengenai pekerjaan. Setiap ada kesempatan, bahkan kepada rekan
sekantor yang tidak terlalu akrab, Anda sering berkata betapa menyebalkan dan
melelahkannya pekerjaan Anda.
Ya, saya menjadi senang mengeluh, melakukan pekerjaan
sesuka hati dan pekerjaan saya walaupun tidak melelahkan, tapi teramat sangat
menyebalkan… hari gini, mana mau saya disuruh pulang telat,
Kusut
Wajah segar, rambut menawan, dan pakaian rapi tak pernah lagi
terlihat. Anda kerap datang ke kantor dengan wajah yang lesu & penampilan
yang kusut. Ini bisa jadi tanda betapa
pekerjaan telah membuat Anda tak bahagia.
Sangat kusut, muka saya ditekuk setiap pagi saya memasuki
kantor, bahkan saya sering lupa untuk merapikan rambut, saya tidak peduli
penampilan saya
Hilang Konsentrasi
Di tengah-tengah rapat penting Anda asyik menghayal. Bukannya mengerjakan pekerjaan yang sudah dekat
deadline, Anda malah seru ngerumpi dengan teman.
Bahkan ketika meeting internal, saya merasa tidak nyaman,
rasanya seperti diadili,
Mandek
Selama bertahun-tahun,
Anda terus melakukan pekerjaan yang sama. Kemampuan Anda yang luar biasa tidak
dimanfaatkan oleh perusahaan dengan maksimal. Jika merasa ada tempat yang bisa
mengakomodir kemampuan Anda, sudah waktunya untuk resign.
Yang ini sudah pasti.... saya punya banyak bakat, dan
disini saya tidak bisa memanfaatkan bakat saya...
Cari Kerja
Waktu di kantor biasanya
dihabiskan untuk browsing situs pencarian kerja. Anda juga sering mengirim
email lamaran kerja. Kalau sudah begini, lebih baik mantapkan diri untuk
pindah. Karena di kantor yang sekarang, Anda sudah tak produktif bekerja.
Selama 1,5 tahun lebih saya disini, saya sudah ikut
interview pekerjaan lebih dari 5 kali... semua peluang saya sambar, bahkan saya
sekarang sedang menanti tahap lanjutan interview,
Bertikai
Berselisih paham dengan
rekan kerja adalah hal yang biasa. Tapi jika terus menerus bertikai sampai
membuat Anda kehilangan kontrol dan mengganggu konsentrasi kerja, Anda bisa
mulai mencari-cari tempat kerja yang lebih menyenangkan.
Saya sudah teramat sering menahan perasaan saya, berusaha
tersenyum didepan dia sedangkan rasanya ingin saya injak injak muka dia,
konflik-konflik lain juga mulai bermunculan dengan teman sejawat, dan saya
mulai mengerti jika lebih baik memiliki teman dekat yang tidak sekantor, dan
membatasi pergaulan di kantor sebatas teman kerja, ketika ada perselisihan
batas antara profesionalisme dan kepentingan perasaan pribadi menjadi
berbenturan.... noted
Dari semua tanda tanda
tersebut sebenarnya saya memang sudah sangat tidak nyaman berada disini, namun
kembali ke keadaan, saya masih harus bersabar, saya tidak boleh langsung pergi
dengan tidak ada tujuan yang sudah pasti. Semua tindakan harus saya pikirkan
dalam keadaan yang tenang dan tidak dalam keadaan emosi yang tinggi.
dan satu hal yang pasti, saya tinggal menghitung waktu berada disini...
Pranala luar: