Friday, February 27, 2015

Perjalanan Hari 1, Bandung...

Hari sabtu ini adalah hari pertama saya menjalani hari hari sebagai pengangguran sementara, jumat kemarin secara resmi mengundurkan diri dari kantor yang sudah setahun lebih menggaji saya.

Sedari semalam saya sudah disibukkan dengan packing yang ternyata ribet, yang membuatnya lama malah mencari ini itu yang tiba tiba hilang, salahnya ya memang saya orangnya tidak telaten dan berantakan, jadinya banyak barang yang lupa dimana ditaruhnya, tapi untungnya saya sudah membuat list barang bawaan sehingga tidak begitu susah packingnya.

Barang bawaan saya ternyata tidak terlalu banyak, dari carier yang saya pinjam dari teman kantor hanya terisi tiga perempatnya, ditambah sebuah tas selempang kecil tempat menyimpan barang barang seperti gadget dan barang kecil seperti kunci dan tongsis, tongsis itu pebting sekali bung!!

Selepas tengah malam akhirnya proses packing memacking nya selesai, ketika saya coba angkat carierbyang bahkan  tak sampai penuh itu ternyata berat ya, bisa bisa membuat kejetit urat punggung jika kelamaan menggendong sang carier ini,

Well, baiklah perjalanan segera dimulai...

Keesokan harinya, setelah dipaksa bangun pagi dengan menenggak segelas kopi susu (emmm tepatnya susu kopi, karena susunya lebih banyak daripada kopinya), tepat jam 9 pagi saya sudah berdiri di pinggir jalan dengan teman seperjalanan ronde 1 ini untuk menyetoo angkit dari palmerah  - Slipi untuk disambung Busway ke PGC dan kemudian menaikki Prima Jasa ke Bandung.

Perjalanan dengan angkot dari Palmerah ke Slipi cukup lancar, hanya tersendat sedikit di daerah Pasar Palmerah dan selebihnya lancar. Tidak sampai 15menit kami pun sampai di halte Busway Slipi untuk melanjutkan perjalanan PGC, tapi di Halte Busway kita menunggu sampai hampir 30 menit sampai Buswaynya sampai, lumayan membuat pegal kaki saat menunggunya. Saat menunggu ini, salut saya dengan teman saya ini yang hampir setiap hari menempuh perjalanan menggunakan angkot, kopaja dan Busway, terbayang perjuangannya dan begitu sabarnya dia dengan keruwetan transportasi umum di Jakarta ini, dibandingkan saya yang tinggal hanya beberapa jengkal dari kantor dan itu juga kebanyakan naik Motor, jarang sekali menggunakan moda transportadi masal itu, saya lebih mending naik taksi jika harus tanpa motor saya, manja ya, padahal jaman kuliah dulu, mana ada motor, kemana mana ya harus naik angkot atau bus, mana mampu pakai taksi, kehidupan saya belakangan semakin membaik dan semakin manja juga sih.

Singkat cerita perjalanan dengan Busway dan Bus Primajasa (ongkosnya Rp.75.000, itu juga dibayarin, lumayan, jadi enak...) cukup lancar tanpa ada hambatan selain leher saya yang sakit kambuh lagi, jam 13.00 akhirnya saya menginjakkan kaki di tanah Bandung, turun di sekitaran leuwi panjang dan melanjutkan dengan 3x naik angkot lagi untuk menuju Penginapan di daerah Dago.

Saya sih sebenarnya enggak terlalu hapal daerah Bandung, padahal kalau ditanya dimana saya Kuliah, saya selalu bilang kuliah di Bandung, padahal mah, kan di Jatinangor, kota kecil yang nota bene masuk wilayah Sumedang, cuma ya biar kedengaran keren saja makanya saya bilang kuliahnya di Bandung.
Angkot di Bandung tidak kalah semrawutnya dengan di Jakarta, serasa raja jalanan, angkot yang kami tumpangi dengan beraninya nyalip kanan kiri dan sukses membuat beberapa pengemudi mobil kanan kirinya jengkel, bahkan saya ikutan jengkel, dengan pertimbangan daripada kami tewas dijalan, maka di daerah riau kami pun turun dari angkot yang supirnyamungkin jebolan stuntman Fast & Furious ini.

Karena perut saya sudah tak bisa kompromi dan kata dia 'Lo rese kalo lapar', maka daripada semakin rese dan saya berubah menjadi Toro Margens, kita pun mampir sebentar di BIP, mengisi perut di Foodcourtnya. BIP masih sama dengan dulu, tak ada yang berkesan sih, di Jakarta saya sudah dicekokin bermacam macam Mall, sehingga BIP yaaaa gitu gitu aja.

Agenda awal ke Bandung tadinya adalah untuk menjelajah kota Bandung seperti ke Taman Juanda Dago atau ke Tebing Keraton, tapi minggu kemarin di kantor rasanya agak melelahkan sehingga agendanya diganti untuk makan dan istirahat, apalagi hotelnya dibayarin, mau tidur saja rasanya sampai besok.

Hotel tempat kita menginap adalah di Hotel 101 Dago, posisinya ada di sebrang kampus Unpad Dago4, tempat saya mengambil beberapa mata kuliah dulu, tempatnya baru, hanya terdiri dari 5 lantai namun desain nya oke banget, sederhana, santai dan casual, pas untuk yang mau santai, selain itu posisinya strategis, ditengah jalan Dago, kemana mana dekat, cuma kamarnya kurang kedap suara dan agak bising karena sepanjang hari Hotelnya memutar musik terkini yang bisa terdengar sayup sayup sampai kedalam kamar, yang butuh ketenangan dan kesunyian sepertinya agak kurang cocok dengan hotel ini.

Malamnya, setelah beristirahat sedikit kita mengisi perut di Gampoeng Aceh, menu utamanya ya sudah pasti mie goreng dan kuah aceh, terletak tidak jauh dari Hotel 101 jadi kita tinggal jalan kaki kesananya, tadinya kita sempat ada rencana untuk makan di Ceu Mar, surabi Enhaii dan lain lain, tapi saat melihat jalan raya Dago malam itu yang oadat merayap dipenuhi oleh mobil plat B, rasanya segan jika harus ngangkot ngangkit lagi, jadinya pilihan kita yang dekat dekat saja.

Saya memesan Roti cane keju dan Mie goreng Aceh, rasanya lumayan, Mie nya agak overcook sih, teman saya memesan Nasi gorengnya, rasanya yaaa... selayaknya nasi goreng, agak kurang nendang sih, harganya agak nendang dink, masing masing Rp. 30ribuan untuk seporsi Mie Goreng. Sedangkan suasananya remang remang, cederung kurang lampu.

Dan petualangan saya di bandung di hari itu pun ditutup dengan tidur nyenyak di kasur empuk hotel 101, (jangan tanya rate permalamnua berapa, saga juga dibayarin)

Monday, February 23, 2015

Ah mungkin saya sedikit lelah...

Bertempat di teras kost saya yang sepi dan ditemani beberapa batang rokok, saya kembali membuka cerita...

Sudah sangat lama saya tidak mencoba membubuhkan sekata pun di blog ini, dan baiklah, saya kembali menginstall Blogger apps di Hp saya, dan mulai menulis kembali.

Baiklah, mulai dari mana ya?
Ya, belakangan ini saya menjadi perokok, hal yang dulu saya nistakan kinibmulai menjadi candu di hari hari saya, kenapa saya merokok? Entahlah, betul memang jika kata orang merokok mengurangi rasa lapar saya yang seringkali muncul tanpa permisi, padahal baru beberapa detik sebelumnya saya makan banyak, dengan merokok seolah rasa lapar itu sedikit terhalaukan.

Tapi sebenarnya, jika saya bertanya lebih dalam, sepertinya betul jika rokok menjadi semacam pemberontakkan saya akan aturan mana yang boleh dan mana yang tak boleh, saya seakan muak dengan semua aturan, saya ingin memberontak dan lari dari semua ini, setiap hela asap yang saya hembuskan seakan menjadi cibiran sinis untuk semua itu.

Lalu, apakah saya bangga? Tidak... tidak sama sekali

Apakah saya menikmatinya? Iya...