Thursday, July 16, 2015

Catatan Lebaran 2015

Sudah jam 4 pagi, dan saya masih belum mengantuk juga, gema takbir masih menggema di desa kecil ini, ah sudahlah, daripada saya kembali mencoba memejMkan mata dan berusaha tidur lagi, saya pun beranjak dari kasur yang digelar di ruang TV ini dan membuka pintu depan dan duduk di teras sendirian menikmati dinginnya pagi ini.

Hari ini Hari raya Idul fitri, seperti biasa kami sekeluarga pergi ke Rumah nenek di pelosok Majalengka untuk merayakan lebaran disini.

Sedikit mengenang masa lalu, lebaran terindah sepertinya tidak jatuh di lebaran tahun ini, melainkan di lebaran beberapa tahun kebelakang, mungkin di tahun 90an, ketika itu saya masih bocah, keluarga kami pun tidak semakmur sekarang, bahkan kita tidak mempunyai mobil, sehingga untuk berlebaran ke rumah nenek, kita sekeluarga rame rame menumpang Angkot kepunyaan almarhum Om(may he rest in peace). Biasanya kita sampai di malam takbiran, rumah nenek yang biasanya sepi pun menjadi ramai, ah iya, biasanya saya tidak ikut rombongan angkot di malam takbiran itu karena saya biasanya sudah lebih dulu sampai disini 1-2 minggu sebelumnya untuk menghabiskan libur sekolah disini.

Saat itu saya masih lugu dan tidak tahu menahu mengenai konflik keluarga besar kami yang tajamnya melampaui cerita cerita sinetron indonesia, sehingga saya sangat menikmati lebaran di rumah nenek, bersenda gurau dengan uwa dan bibi, dengan para sepupu, sangat menyenangkan berkumpul dengan keluarga besar.

Biasanya kami melewatkan malam takbiran dengan kebersamaan yang indah, untuk saya dan para sepupu biasanya keliling kampung untuk menonton keramaian Malam takbiran dan jajan penganan khas kampung sedangkan para ibu ibu biasanya sibuk memasak di dapur sambil berceloteh ramai dan para bapak bapak berkumpul sambil bermain catur dan gaple semalaman.

Tahun berganti, ada yang hilang dan berganti, Kakek sudah hampir 20tahun meninggalkan kami, disusul oleh beberapa anggota keluarga dekat kami di tahun tahun selanjutnya.

Saya jadi teringat di satu waktu di lebaran, saya dan sepupu bermain semalaman sampai ketiduran di ruang TV rumah Uwa sulung, ketika kami bangun sudah berada dengan nyaman diatas tempat tidur yang empuk dan bukan di ruang TV lagi, rupanya kami dipindahkan ketika lelap tertidur oleh menantu Uwa Sulung, Om Kadi yang baik ke kamar, malangnya lebaran kali ini beliau sudah tidak bersama kami lagi, Om Kadi meninggal saat bertugas dalam kecelakaan lalu lintas yang tragis 3 tahun ke belakang, istirahat yang tenang ya Om :)

Ketika keluarga kami kembali berkumpul saya selalu tersentak dengan kenyataan bahwa waktu memang merubah banyak hal di keluarga kami, ada om yang dulu terlihat baik ternyata malah berlaku sebaliknya, ada sepupu yang dulu dibanggakan orang tuanya sekarang hidupnya tidak jelas dan menjadi benalu, ada om yang dulunya seakan bermasa depan cerah dengan kuliahnya yang jauh sampai ke luar negeri kini malah tinggal dirumah dan depresi, banyak sekali yang berubah :(

Dan klasik, masalah warisan menjadi konflik yang tidak berkesudahan, kekeluargaan yang dulu manis pun kini serasa agak hambar dengan sengketa sengketa yang menyakitkan.

Tahun demi tahun bergulir, lebaran kali ini rumah nenek tidak seramai tahun tahun sebelumnya, dari 11 anak nenek, yang malam ini hadir di rumah ini hanya 3, entah dimana sisanya, tak tega saya melihat wajah getir nenek dengan sepinya rumah ini.

Dan saya? Sebenarnya agak segan melewatkan lebaran dengan keluarga, saya sebenarnya lebih ingin melewatkannya di Jakarta saja, tapi ada hal yang secara default menarik saya kembali kesini, saya masih diingatkan dan didekatkan dengan keluarga saya yang masih hidup, dan kenangan berharga lebaran indah itu terlalu berharga untuk dilupakan begitu saja